Senin, 17 April 2023

Lirik lagu Pakpak Bigo Bigo





Intro

#

Tading ijehe perjuma Nami

I ula Nola mo i Jumat Reba

Tading mo kene Pertua Nami

Kaduan Nola mo kita pejumpa


Ndabuh mo siromo Mungkur

Mertinggang mo Rimo kejare

Kene mo singeddang ukur 

Kami en mo Mahan ajaren 


##

Gotik gotik dahan tanggung

Lak lak ni nderung mo man bekkas page

Rebak mersodip Ket mertangiang 

Njuah njuah mo Ket Kade Kade

###

Migo migo menum tasari

Seggep mo dahan parira

Bagimo lebbe Soh Rana Nami 

Kaduan nolami kita pejumpa


Intro 

Beck

##

###









Kamis, 13 April 2023

Bupati Dairi dari tahun 1964 Sampai 2023

Jauh sebelum datangnya penjajahan Belanda didairi , Dairi sudah menjadi kabupaten tingkat II pada masa itu, walaupun belum menjadi wilayah otonom. merupakan kabupaten dengan luas wilayah meliputi dari lima suak keppas, simsim , pegagan , kelasen dan juga boang . Dengan struktur pemerintahan raja ekuten ialah kepala setiap suak , pertaki dibawah raja ekuten yang memimpin setiap kampung , atau biasa disebut juga simantek Kuta / sipungkah Kuta dan sulang silima sebagai pembantu pertaki . Kemudian oleh Pemerintah Pusat dan DPR RI, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor.15 Tahun 1964 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi (sebagai Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964).


Peresmian Kabupaten Daerah Tingkat II Otonom dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 Mei 1964 bertempat di Gedung Nasional Sidikalang.


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 Januari 1964, maka wilayah Kabupaten Dairi pada saat pembentukannya terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan yaitu:


1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;

2. Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;

3. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;

4. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh;

5. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak;

6. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukarame;

7. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil;

8. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja;


Namun sebelum kita lanjutkan mari subscribe dulu like, komen dan bagikan Vidio ini , kerna itu gratis demi berkembangnya Chanel history Pakpak tipi. 

Umumnya setiap kabupaten pasti memiliki pemimpin atau kepala suatu daerah yang disebut bupati , inilah 20 pejabat kabupaten Dairi yang pernah menjabat rikabupaten Dairi antara lain : 



1. Hatian Paulus Manurung. Bupati pertama ini (dikenal sebagai Paulus Manurung) adalah birokrat dan ahli hukum yang menjabat sebagai Bupati Dairi pertama. Sebelumnya, ia adalah Ketua Pengadilan Negeri Tebing Tinggi. Paulus Manurung menjalani pendidikan di OSVIA Fort de Kock (sekarang menjadi IPDN Kampus Sumatera Barat). Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1927. Setelah lulus dari OSVIA, Paulus Manurung ditempatkan sebagai pegawai negeri sipil di kantor asisten demang di Balige dengan pangkat Gediplomeerd Ambtenaar voor de Inlandschen Bestuurdienst (GAIB). Paulus merupakan Bupati Kepala Daerah pertama Tingkat II Dairi

Pada tanggal 12 September 1947, pada masa Agresi Militer Belanda I, Residen Tapanuli dr. Ferdinand Lumban Tobing mengeluarkan Surat Residen Tapanuli No. 1256 yang berisikan perintah bahwa terhitung sejak 1 Oktober 1947, Paulus Manurung ditempatkan sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II untuk wilayah Dairi yang berkedudukan di Sidikalang. Dengan demikian, Paulus Manurung menjadi Bupati Dairi pertama dan tanggal penempatannya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Dairi. Paulus Manurung dimakamkan di kampung halamannya, di desa Sibuntuon, kecamatan Uluan, kabupaten Toba, provinsi Sumatera Utara.

Kemudia dilanjut oleh bupati ke 

2. yaitu Gading Bartolomeus Pinem yang pada saat itu Bupati Sidikalang berganti nama menjadi Ka.Pem.Militer Dairi pada tahun 1949, setelah 2 tahun menjabat digantikan oleh bupati ke 

3. Raja Kisaran Massy Maha pada tahun 1949. Tidak berlangsung lama Ka pem Militer digantikan oleh 

4. J.O.T. Sitohang pada tahun 1949.Jonathan Sitohang gelar Ompu Tording Sitohang (dikenal sebagai Jonathan Ompu Tording Sitohang; disingkat sebagai J.O.T. Sitohang) adalah Bupati Dairi ke-4 yang menjabat dari tahun 1949 hingga 1955 dan seorang pahlawan gerilya pembela kemerdekaan Indonesia asal Dairi. Ia merupakan ayah kandung dari Bupati Dairi ke-19, Johnny Sitohang dan kakek kandung dari Depriwanto Sitohang. Selanjutnya 

5. Nasib Nasution tahun 1955, tidak ada sumber informasi yang kami temukan tentang status kepemimpinan bupati kelima ini , kemudian dilanjutkan oleh bupati ke 

6. Djauli Manik tahun 1956-1963. Dimasa kepemimpinannya bupati djauli manik membuat gedung nasional yaitu gedung djauli manik , salah tau icon Dairi pada masa itu. Selanjutnya, bupati ke 

7. Rambio Muda Aritonang menjadi Pj Bupati Dairi 1964, dilanjutkan bupati ke 

8. Raja Nembah Maha tahun menjabat 1964-1966, merupakan pejabat defenitif selanjutnya bupati ke 

9. Drs. P. Simanjuntak tahun 1967, tidak berangsur lama digantikan oleh bupati ke 

10. Letkol. R. Sumardi tahun 1967, pada tahun yang sama , kemudia bupati ke 

11. A.V.Siahaan Pj.Bupati tahun Dairi 1968, kemudia bupati ke 

12. Letkol. (Pol) Victor Immanuel Silalahi tahun 1968-1974, 

13. Drs.Mula Tua Pardede tahun 1974-1979, Drs. Mulatua Pardede adalah birokrat Sumatera Utara yang menjabat sebagai Wali Kota Pematang Siantar ke-8 dan kemudian Bupati Dairi ke-13. Dilanjutkan oleh bupati ke 

 14.Drs.Tumpak Manurung tahun 1979-1984.

Selanjutnya bupati ke 

15. Poltak Panggabean,SH tahun 1984-1989,  

16. Drs. J.P.A Silalahi tahun 1989-1993, Lalu dilanjutkan oleh Drs. Zakaria Yahya Lafau Plh. tahun 1993-1994, 

17. Drs. Sabam Isodorus Sihotang tahun 1994-1999. Drs. Sabam Isodorus Sihotang, MM. (disingkat sebagai S. Is. Sihotang) adalah seorang politikus, pemerhati lingkungan, Bupati Dairi ke-17 yang menjabat dari tahun 1994 hingga 1999, dan Penjabat Bupati Karo pada tahun 2000.


Sebagai Bupati Dairi

Sabam Sihotang berjasa dalam menata kawasan kota Sidikalang, termasuk membangun median jalan di sepanjang Jalan Sisingamangaraja hingga Jalan Ahmad Yani. Ruas jalan tersebut adalah salah satu ruas jalan utama di Kabupaten Dairi dan menyangga ruas jalan provinsi antar kabupaten di Sumatra Utara.[2] Pada tahun 1994, Sabam Sihotang menggagas pendirian monumen bagi dua tokoh nasional asal Kabupaten Dairi, yakni Liberty Manik dan Tahi Bonar Simatupang. Selanjutnya, 

18. Dr. M.P Tumanggor Bupati tahun 1999-2009, Dr. Master Parulian Tumanggor (disingkat sebagai M.P. Tumanggor; lahir 31 Oktober 1950) adalah seorang politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Bupati Dairi ke-18 sejak tahun 1999 hingga tahun 2009. Sebelum menjabat sebagai bupati, ia adalah mantan pejabat Eselon II di Kantor Menteri Negara BUMN dan tenaga pengajar di Departemen Keuangan. Kini anaknya menjadi bupati Pakpak bharat periode 2021 sampai sekarang, kemudian dilanjutkan oleh bupati ke 

19. KRA. Johnny Sitohang Adinegoro dan wakilnya Irwansyah Pasi, SH menjadi Bupati dan wakil Bupati 2 periode yaitu 2009-2019. Merupakan anak dari bupati 4. J.O.T. Sitohang pada tahun 1949 . Saat ini Kabupaten Dairi dipimpin oleh Bupati ke

 20. DR. Eddy Keleng Ate Berutu dan Wakil Bupati Jimmy Andrea Lukita Sihombing, SH periode 2019 – sekarang. 





Jembatan termahal di Pakpak Bharat . Dan hubungan dengan mhangga band

 Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.


adapun jenis jenis jembatan yang sering kita jumpai ialah : 


1. Jembatan Cable Stayed

Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur bangunan jembatan. Kabel digunakan untuk menopang gelagar di antara dua tumpuan dimana kabel berpusat pada gelagar.


2. . Jembatan Beton Bertulang


Jembatan ini tersusun dari pelat monolit, dengan bentang dari tumpuan ke tumpuan tanla didukung oleh gelagar atau balok melintang. Jembatan beton bertulang lebih efisien bila digunakan untuk bentang jembatan yang pendek.


3. Jembatan Baja

Jenis ini diketahui memiliki konstruksi jembatan baja yang diperhitungkan dengan kebutuhan bentangnya, apakah akan memakai material baja dalam bentuk rangka ataupun baja profil menerus. Jembatan ini menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja seperti deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan, dan penggantung kabel.


4. Jembatan Komposit

Jembatan komposit adalah jenis jembatan yang mengkombinasikan material-material yang berbeda sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang memiliki sifat yang lebih baik.


5. Jembatan Batu bata

Jembatan batu kali/bata dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah. Jembatan batu-bata merupakan jenis jembatan dengan sistem gravitasi yang kekuatannya mengandalkan berat struktur.


6. Jembatan Kayu

Jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang jarak yang pendek. Sebab dalam hal ini dikarenakan untuk bentang yang panjang, material kayu sudah tidak ekonomis lagi.


7. Jembatan Bambu

Seperti pada nama jenis jembatannya, jembatan bambu terbuat dari susunan bambu-bambu. Jembatan ini terbilang ekonomis dalam biaya pembangunannya, namun begitu sebaiknya jembatan ini hanya dibangun untuk menjembatani bentang jarak yang pendek.


Pakpak Bharat merupakan daerah yang sangat banyak mata airnya, mulai dari mata air yang besar hingga mata air yang kecil kecil, maka tidak heran kalau sekarang Pakpak Bharat di incar para investor untuk mengembangkan proyek pembangkit tenaga listrik . Hingga saat ini sudah ada 3 pembangkit listrik yang sudah berdiri , dan ada beberapa daerah masih dalam proses dan ada juga yang sudah tahap konstruksi pembangunan . Makanya tim histori Pakpak tipi selalu menyebut Pakpak Bharat dengan sebutan negri sejuta watt, semoga masyarakat Pakpak Bharat setuju dengan sebutan kami , agar Pakpak Bharat punya icon tersendiri . Dari keseluruhan jumlah mata air yang mengalir di Pakpak Bharat , tidak heran pastinya didaerah ini juga terdapat banyak sekali jumlah jembatan penghubung antar desa maupun antar kecamatan dan jalan provinsi . 


Jembatan sangatlah penting sebagai nilai infrastruktur , sebab jembatan ini bisa menjadi suatu dasar maju dan berkembangnya suatu daerah , kalau jalan rusak masih ada solusinya dengan cara didorong atau ditarik atau di isi dengan batu batuan , namun ketika jembatan yang putus , Maka satu satunya langkah alternatifnya ialah naik helikopter tentunya .



 Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang sangat baru namun perkembangannya sangat cepat , tentunya karena infrastruktur yang selalu diperhatikan . Jumlah jembatan dipakpak Bharat diperkirakan ada sekitar 40-60 jembatan , mulai dari yang kecil dan yang besar , namun disini tidak termasuk jembatan gorong gorong . kali ini kami dari team history Pakpak hanya akan mengulas jembatan terbesar dan termewah dipakpak Bharat . Dari keseluruhan jembatan di daerah Pakpak Bharat ada satu jembatan yang selalu menyita perhatian dipakpak Bharat , sepintas jembatan ini tidak ada yang unik , namun apabila kita melihat penggunaan jembatan ini , tidaklah sebanding dengan apa yang kita lihat , pertama jembatan ini hanya penghubung antar sebuah kampung yang berpenghuni hanya kurang lebih 100 kepala rumah tangga . Kedua jalan yang melintasi jembatan ini hanyalah sekitar 700 meter, termasuk jalan buntu . Walaupun kita bisa lihat tak jauh dari jembatan ini ada sebuah jembatan lagi , namun tidak semewah dan sebagus jembatan lae serre . Jembatan ini merupakan jembatan penghubung di atas sungai Lae kombih , merupakan sebuah sungai yang sangat besar dan dalam , sungai ini banyak sudah menelan korban , kedalaman lae kombih ini sampai saat ini belum ada yang bisa mengukurnya , karena arus air yang sangat kencang . Jembatan ini dibangun sekitar tahun 2011 , dengan menelan dana hingga miliyaran rupiah . Jembatan ini terletak di dusun laeserre , desa tanjung Mulya , kecamatan sitellu tali urang jehe Pakpak Bharat , lebih lengkapnya lagi kalau ingin tau letak laeserre bisa kita buka di YouTube , maka rambingen Lae serre lebih mudah kita temukan . 


Apa hubungan jembatan laeserre dengan Mahangga band ?


Mhangga band adalah sebuah band daerah yang dibawakan oleh anak muda Pakpak Bharat , sang vocalis sekaligus pencipta lagu rambingen Lae serre. Pemuda yang berasal dari dusun sebelah laeserre yaitu dusun lae mbettar , tanjung mulia , sitellu tali urang jehe , Pakpak bharat. dia bernama Zuhri Bintang . Adapun susunan dari band tersebut ialah , Zuhri bintang sebagai vokal , arkemo bintang sebagai bass , Iwan Siregar sebagai keyboard, Fadli Siregar sebagai dram dan Sudjarwo sebagai gitar. Jembatan laeserre semula hanyalah sebuah jembatan gantung , dimana jembatan tersebut sangat memperihatinkan , jembatan tersebut sangat mengerikan dikarenakan berada di atas sungai lae kombih , tentu siapapun yang berjalan diatasnya pasti merasa berjalan di atas kuburan , disebabkan setiap orang yang masuk kedalam lae kombih jarang ada yang selamat . Untuk melihat jembatan gantung sebelum terganti menjadi jembatan Lae serre, kita bisa mengunjungi YouTube dengan judul rambingen Lae serre . Disini kita bisa melihat after dan before jembatan gantung menjadi jembatan Lae serre . Menurut orang Tempatan , sejarah terbangunnya jembatan Lae serre merupakan anugrah yang maha kuasa yang tidak ternilai pada saat itu , kita bisa bayangkan jembatan sebagus itu dibangun hanya untuk masyarakat yang sangat sedikit pada masa itu sekitar 50 kepala rumah tangga . Namun demikian mereka juga sangat berterima kasih kepada pemerintah yang sudah membangun jembatan tersebut, dan juga kepada vokalis Mahangga band , yang telah ikut mempromosikan kehidupan masyarakat Lae serre yang sangat sulit pada masa itu . 


Bagaimana awal rambingen laeserre diciptakan ?


Dari cerita langsung vocalis Mahangga band , awal lagu ini diciptakan sehubungan dengan masa itu Mahangga band sedang membuat album perdana mereka yang nama album " Mi Ke ke na " namun pada saat itu lagu Mahangga memang masih dalam proses pencarian sponsor , karena lagu Mahangga itu Hindi lebel . Awal cerita pembuatan lirik lagu rambingen laeserre, Saat itu sang vocalis Mahangga hadir ketika Lae serre ada peresmian sekolah oleh bupati Pakpak Bharat dan seluruh Muspida yaitu bapak makmur berasa . Bapak bupati berkata kepada masyarakat ketika dia berpidato, tadi ketika saya berjalan di atas rambingen atau jembatan gantung, rasanya lututku bergoyang semua , jantungku juga berdebar sangat kencang , dan saya sangat merasakan bagaimana masyarakat dalam kesehariannya melewati jembatan itu sambut bupati pada pidatonya . lalu berkata kembali, barang siapa yang bisa membuat rambingen laeserre ini menjadi sebuah lagu , maka saya akan berikan Hadiah dan sekaligus membantu untuk mengorbitkan lagu tersebut, sambutan bupati Pakpak Bharat . Seketika semua masyarakat antusias dalam sayembara itu , hampir semua seniman dan masyarakat berlomba membuat lagu tersebut , ada satu lagu juga yang dibuat oleh Barca Sagala , namun lagu tersebut tidak menyentuh kepada objek tersebut , nama lagunya : goyang rambingen . Lagu ini sudah diorbitkan , namun lagu tersebut kurang diminati masyarakat . Lalu setelah itu Mahangga band mengeluarkan lagu rambingen laeserre , lagu sangat hits dan seluruh stasiun radio setiap hari memutar lagu tersebut . Kita akan kupas sedikit tentang lirik rambingen laeserre , diawal lagu dengan lirik :

  nanjombal laeikan lausen mi boang , artinya nanjombal , laeikan jalan ke subulussalam .

 Pertengahen Tapin raja , Laena malum peridin i . Artinya , ditengah jalan antara laeikan dan nanjombal ada sebuah mata air namanya Tapin raja , konon menurut sejarah dulu , mata air ini persinggahan Sisingamangaraja ke XII , Tapin raja tersebut berada di simpang jembatan laeserre . Dari awal lagu saja kita sudah merasa diarahkan kesebuah tempat . lirik lagu ini seperti google map pada masa itu , karena memang google map belum ada . Lirik berikutnya, 

rambingen keparen nangguru , teruhna Lae kombih . Kite kite milaeserre mbue Kalak merjuma i si . Artinya , jembatan di seberang nangguru , ada sebuah gunung namanya nangguru , dulu tempat ini merupakan tempat bertapa . Teruhna Lae kombih , dibawahnya lae kombih , kite kite mi lae serre , sebuah Titi gantung menuju Lae serre , mbue Kalak merjuma isi . Banyak orang berladang di sana . Sampai sekarang masyarakat di laeserre ialah petani . Gambir merupakan komuditi unggulan di daerah Pakpak Bharat , sehingga pada logo Pakpak Bharat ada 7 helai daun Gambir . Gambir dipakpak bharat hanya ada di sitellu tali urang jehe , sebagian ada di kecamatan pergetteng sengkut dan sibagindar . Lanjut ke reffren lagu tersebut . Rambingen Lae serre oh rambingen , jembatan gantung Lae serre oh jembatan gantung . Merangun angun meroah oah , berayun ayun , bergantungan. Gambir ,Nilam engket pote , Gambir , Nilam dan Pettai . idingo hasilna isi , itulah penghasilan dari situ . Kembali lagi dibahas , masyarakat laeserre merupakan petani Gambir , selain Gambir ada juga daun Nilam dan Pete . Diakhir lagu ini , Mahangga mengajak kepada pemerintah, kene pemerintah Nami , kalian para pemerintah kami . Makmur ken mo kami , sejahterakan lah kami . Mer gotong royong mo kita , bergotong royong lah kita . lako membangun Kuta i , untuk membangun kampung itu. Masyarakat laeserre pada masa itu sangat kental dengan budaya gotong royong , setiap acara pasti mereka saling bahu membahu , ketika musim tanam padi juga begitu dan pekerjaan berat lainnya , termasuk dalam hal membangun perkampungan Lae serre.


Lagu rambingen Lae serre dan jembatan . 


Setelah Mahangga loundcing di tahun 2009 bulan september , maka pembangunan jembatan lae serre mulai dibangun sekitar tahun 2011 . Dalam album Mahangga band ada satu lagu dibawakan bapak bupati Makmur Berasa dengan putri bungsunya Angginta Berasa yang berjudul Tennah Pertua , dan lagu tersebut diberikan penghormatan kepada bupati tersebut sebagai penciptanya. Personil Mahangga band dengan pemerintah saat itu sangat dekat , apakah jembatan laeserre dibangun atas dorongan Mahangga atau permintaan masyarakat , atau dorongan dari sebuah lirik lagu tersebut . Beri komentarnya dibawah . Demikian tim histori Pakpak mengulas tentang jembatan terbesar dan termegah dipakpak bharat .mohon berikan masukan dan saran kepada kami . Sekaligus dukung kami terus . Agar masyarakat Pakpak lebih dikenal masyarakat luas . 

Lias a te 

Njuah njuah banta Karina . 




Rabu, 05 April 2023

Perbatasan Pakpak Bharat


 Perbatasan wilayah merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk dipecahkan , banyak permasalahan yang kerap muncul hingga pertikaian sampai berujung tindak pidana , mulai dari batas perumahan, lahan , sampai batas desa dan kabupaten hingga batas negara. 


Biasanya batas merupakan hasil kesepakatan dari kedua belah pihak dan juga saksi yang ada . Hingga dibuat suatu pengesahan berbentuk pilar berikut surat , dan ada juga yang membuat gapura dan pertanda lainnya . Kita ketahui batas itu sangat penting apabila ada dari sebahagian batas itu tidak diperlakukan secara adil, Maka kelak ada yang dirugikan . 


Kehidupan didaerah perbatasan terkadang sangat memprihatinkan terutama kepada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut , misalnya perbatasan negara seperti Natuna , daerah Indonesia yang diclaim cina sebagai daerah kekuasaannya . 


Namun kali ini kami akan membahas perbatasan provinsi Sumatera Utara Pakpak Bharat dengan provinsi Aceh pemko Subulussalam; ada gapura yang selalu kita lintasi ketika mengarah ke Aceh dari Sumut yang terletak di kampung Laeikan yang sering di juluki dengan sebutan perbatasan gajah putih . 

Ada yang unik dari perbatasan ini, Dimana kita melihat garis batas provinsi yang di buat didalam peta , begitu juga pilar yang sudah dibuat di daerah tersbut . 


 keberadaan gapura yang sering kita lihat sepertinya bukan gapura yang tepat . Dan yang menjadi banyak pertanyaan ketika kita melihat peta wilayah tersebut, kita bisa lihat garis batas provinsi Aceh dan Sumut, Dimana pada daerah Aceh sebagian masuk ke Sumut dan wilayah Sumut masuk ke Aceh . Tentu ini perlu pengkajian karena Aceh wilayah pertanahan mereka di atur oleh qanun Aceh dan imeum mukim sementara di Sumut wilayah Pakpak Bharat tentu diatur oleh sulang silima sebagai pemangku wilayah teritorial yang keberadaannya diakui oleh pemerintah Pakpak Bharat bahkan dunia . 


Sedikit sejarah tentang keberadaan marga angkat sebagai pemangku wilayah didaerah Tersebut . diceritakan oleh ketua sulang silima marga angkat lebuh mbinalun Terpuk Raja saat ini ialah Haji Abdul Kadir angkat SH. 

dahulu menurut sejarah yang turun temurun diceritakan oleh orang tua marga angkat lebuh mbinalun , semula daerah tanah Ulayat marga angkat mulai dari sidiangkat sampai ke belegen sekarang menjadi simpang kiri Aceh kotamadya Subulussalam . dimana dahulu pernah ada raja mekar angkat sebagai raja di daerah beleggen dan sekarang telah dibuat nama jalan raja mekar angkat di simpang kiri . Pada jaman penjajahan kolonial Belanda daerah kerajaan keppas dan simsim dibagi dengan batas sungai Lae kombih , fakta yang kita bisa lihat sampai saat ini benar adanya , daerah seberang laekombih merupakan marga angkat , kesogihen , tinendung, Sitakar , lembeng, sinamo dan sebagian lainnya , keberadaan seluruh marga ini merupakan daerah seberang lae kombih dan semua berbatasan dengan tanah suak simsim . Berutu , solin dan Padang . Fakta ini dapat kita kuatkan bahwa dahulu sidiangkat sampai beleggen merupakan tanah kerajaan keppas seberang dari laekombih .  

Kendati demikian masyarakat Pakpak terus berdiaksfora hingga ada beberapa bagian lahan yang kini kita ketahui bukan lagi tanah marga angkat salah satunya marga kesogihen didaerah nantimbo yang sekarang menjadi desa perolihen bagian dari kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemberian dari marga angkat lebuh mbinalun karena mereka pada dasarnya merupakan anak beru dari marga angkat , atau marga kesogihen menikah dengan anak perempuan dari marga angkat , sehingga daerah tersebut diberikan marga angkat kepada marga kesogihen, dan itu masih diakui oleh marga angkat dan kesogihen kebenarannya , namun pada dasarnya marga kesogihen merupakan marga dari suak kelasen .

Menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut bahwa perbatasan merupakan kedabuhan tanjakan tertinggi di jalan lintas barat Aceh Sumut . Sebelum pembukaan jalan lintas dahulu masyarakat pergi ke subulussalam melalui Kuta neur dengan berjalan kaki atau biasa disebut dalam bahasa Pakpak merbobah , dimana Kuta neur sekarang menjadi desa malum , merupakan tanah Ulayat marga angkat . Keberadaan marga bintang di kampung Lae ikan merupakan pemberian dari orangtua marga Angkat , dikarenakan marga bintang masih satu rumpun dengan marga angkat yaitu , angkat , bintang dan ujung atau biasa juga disebut sitellu nempu dari si cikecike . Marga bintang diberikan tanah oleh marga angkat sebagai dengan sebeltek dan juga sebagai simantek Kuta atau si pungkah Kuta atau dalam bahasa lain pertaki , orang yang dipercayakan marga angkat untuk mengembangkan kampung di laeikan sekaligus perpanjangan lidah marga angkat untuk mengurus tanah Ulayat marga angkat , demi membantu masyarakat agar tidak terlalu jauh pergi ke nanjombal yang sekarang desa mbinalun, dikarenakan jarak tempuh yang sangat jauh dan kendaraan darat masih jarang melintasi. 

Kita kembali ke pembahasan , bahwa gapura yang dimaksud bukanlah batas provinsi melainkan batas tanah Ulayat , dimana kita ketahui pada Permendagri nomor 35 tahun 2020 tentang batas batas wilayah kabupaten Pakpak Bharat . disahkan wilayah tersebut dengan tapal batas yang telah ditentukan dan juga disaksikan oleh kedua pemerintahan antara camat penanggalan dan camat sitellu tali urang jehe dan juga didampingi pertanahan dan juga kepala mukim serta Sukut nitalun dan simantek Kuta laeikan . Bahwa dengan keluarnya surat tersebut maka sahlah batas wilayah tersebut . 


Dengan jelas kita melihat dari peta wilayah bahwa gapura bukanlah batas wilayah namun batas tanah Ulayat marga angkat dan marga bancin, Dengan batas wilayah yang sebenarnya ialah sesuai peta Google map kita lihat masjid yang terletak di dusun laeikan , itulah yang menjadi perbatasan yang sebenarnya. Dari sini semakin jelas bahwa dusun laeikan desa tanjung mulia Pakpak Bharat berada di atas tanah rencong Aceh namun penduduk yang berdomisili ialah penduduk Pakpak Bharat . perlu para ketua adat Pakpak untuk mengkaji ulang tentang wilayah tersebut , kelak akan berdampak pada pembangunan daerah tersebut , ada kemungkinan daerah ini akan menjadi daerah tertinggal . kelak daerah ini akan menjadi daerah sengketa . dan tidak mungkin Pakpak Bharat membangun wilayah Aceh dan Aceh membangun pada daerah yang tidak ada penduduknya . 


demikian pembahasan singkat perbatasan ini . dengan tujuan agar kita teredukasi keberadaan wilayah perbatasan tersebut , hingga kelak pembangunan akan terus merata diseluruh Indonesia , agar masyarakat setempat tidak menjadi korban atas keberlangsungan roda kehidupan mendatang . jangan lupa dukung kami terus history Pakpak tv . dengan cara subscribe,like , komen dan bagikan karena itu geratis. 





Selasa, 28 Maret 2023

TANGGAL ATAU HARI Pakpak


Sebelum masuknya ilmu pendidikan atau biasa disebut shine , tentunya manusia jaman dahulu tetauj jp memiliki ide untuk mempermudah kegiatannya sehari hari . Baik dalam bekerja dan menentukan suatu masa atau waktu dan penanggalan hingga kurun waktu yang sangat lama . Mulai dari jam ,hari, bulan , tahun dan abad dan masih barjak lagi . 


‌Namun kali ini kita akan bahas proses atau cara yang dilakukan oleh suku pedalaman di daerah Pakpak di Sumatra Utara. Penanggaalan atau kalender Pakpak pada mulanya dihitung dari lobang sebuah tempurung yang sebelumnya telah dilobangi sebanyak 30 lobang. Setiap lobang diisi dengan seutas tali yang kemudian setiap hari tali tersebut ditarik sampai kemudian semua lobang kosong, dan seterusnya diisi kembali. Setiap penarikan tali dilakukan penyebutan harinya . Jika secara umum kita mengetahui penanggalen dinyatakan dengan angka, maka pada masyarakat Pakpak hanya dikenal nama hari saja, Saesuai dengan jumlah lobang sebanyak 30 maka hari dalam Pakpak terdiri dari 30 hari saja. 


 Berikut nama nama hari pada suku Pakpak antara lain : 


1. Adintia,2

 Suma, 3. Anggara, 4. Budaha, 5. Beraspati, 6. Cikerra, 7. Belah naik, 8. Adintia naik, 9

 Suma sibah, 10. Anggara sepuluh, 11. Budaha mengadep, 12. Beraspati tangkep, 13. Cikerra purnama, 14. Belah Purnama Tula, 15. Suma Teppik, 16. Anggara Kolom, 17. Budaha Kolom, 18. Beraspati Kolom, 19. Cikerra duapuluh, 20. Bellah Turun, 21. Adintia Anggara, 22. Sumani mate, 23. Anggara Bulubana, 24. Budaha selpu/meddem, 25. Beraspati Gok, 26. Samisara bulan mate, 27. Dalan bulan dan kurung. 28. Budaha selpu juga sering dinamakan budaha meddem, 29. sedangkan cikerra ada pula yang menyebut dengan cukerra. 30. Samisara bulan mate sering juga disebut dengan Samisara mate bulan.


Dari keseluruhan hari tersebut memiliki banyak arti secara tersendiri , biasanya dalam kebiasaan orang Pakpak hari tersebut akan dibagi lagi menjadi berapa bagian . Misalnya kalau ada yang ingin melakukan hajatan , misalnya pesta, membangun rumah, musim bercocok tanam , atau kegiatan baik lainnya . maka penanggalan akan dilihat kembali , dicocokkan dengan nama hari tersebut , dan hal ini juga sama dengan primbon pada Jawa atau di daerah Toba pada umumnya . Kepercayaan masyarakat adat Pakpak tetap menjaga warisan leluhur ini , dengan penuh harapan hajat yang akan dilaksanakan tidak mendapat halangan buruk . kendati demikian tidak sedikit pula yang sudah melanggarnya , seiring kemajuan teknologi. 


2. JAM


Dalam ukuran waktu secara internasional dan nasional diketahui bahwa satu hari dan satu malam terdiri dari masing-masing 12 jam. Dengan demikian satu hari satu malam adalah 24 jam. Sedangkan pada masyarakat Pakpak dalam satu hari dikenal (5) ketika dan satu malam juga (5) ketika. Satu hari satu malam adalah (10) ketika dimana jarak antara satu ketika dengan ketika lain adalah masing-masing 2 jam 14 menit. Ketika tersebut dinamai sebagai berikut : 

1. Keke Matawari. Terbit matahari , 

2. Rungrung gelang-gelang 

 3. Ceger Ari. 

4. Cibon = sore hari 

 5. Kandang Kerbo. Masa memasukkan kerbo ke kandang 

6. Tangkep Koden , merupakan habis jam masak dan Periuk sudah disimpan. 

 7. Sipeddem anak-anak , jam waktu anak anak tidur 

 8. Tengah berngin , atau biasa dibilang jam larut malam 

9. Takuak manuk sekali , kebiasaan ayam berkokok tengah malam 

10. Takuak menjejeri. Ayam berkokok dipagi hari 


Penyebutan ini cenderung diambil dari masa satu kegiatan atau peristiwa yang dilakukan sehari-hari, dan keadaan atau posisi mata hari. Pagi misalnya disebut keke matawari atau ketika matahari mulai bangkit dan terlihat, Kandang kerbo dimaksudkan masa untuk mengkandangkan kerbo, kemudian Tangkep koden dimaksudkan masa setelah selesai memasak nasi sehingga periuk sudah dicuci atau dibersihkan dan dibalikkan, atau sipeddem anak-anak dimana waktu ini dinamai sebagai masa anak-anak tidur. Demikian juga nama-nama lainya.


Demikian nama hari dan jam yang sering dilakukan masyarakat adat Pakpak yang terletak di Sumatera Utara dan Aceh . Semoga dengan mengetahui kebiasaan orang Pakpak kita lebih memahami Pakpak yang sebenarnya . Dan juga sebagai pembelajaran bagi generasi penerus suku Pakpak . Apa bila terdapat kesalahan , mohon diberi masukan dan saran dengan cara komen pada video ini . Dan jangan lupa jaga selalu kesehatan dan selamat menjalankan aktivitas, jangan lupa subscriber,like koman dan bagikan video ini . Kerna itu gratis agar lebih mendukung channel ini. 

Tonton juga videonya langsung : 



Lias ate 

Njuah njuah banya Karina . 

Minggu, 26 Maret 2023

Penanggalan dan perhitungan hari hari suku pakpak


Sebelum masuknya ilmu pengetahuan atau biasa disebut shine , tentunya manusia jaman dahulu tetap memiliki ide untuk mempermudah kegiatannya sehari hari . Baik dalam bekerja dan menentukan suatu masa atau waktu dan penanggalan hingga kurun waktu yang sangat lama . Mulai dari jam ,hari, bulan , tahun dan abad dan masih banyak lagi . 


Namun kali ini kita akan bahas proses atau cara yang dilakukan oleh suku pedalaman pulau Sumatra . suku Pakpak yang terletak di daerah kabupaten Pakpak Bharat , Dairi , Samosir , Humbahas dan Aceh Singkil . Penanggaalan atau kalender Pakpak pada mulanya dihitung dari lobang sebuah tempurung yang sebelumnya telah dilobangi sebanyak 30 lobang. Setiap lobang diisi dengan seutas tali yang kemudian setiap hari tali tersebut ditarik sampai kemudian semua lobang kosong, dan seterusnya diisi kembali. Setiap penarikan tali dilakukan penyebutan harinya . Jika secara umum kita mengetahui penanggalen dinyatakan dengan angka, maka pada masyarakat Pakpak hanya dikenal nama hari saja, Sesuai dengan jumlah lobang sebanyak 30 maka hari dalam Pakpak terdiri dari 30 hari saja. 


 Berikut nama nama hari pada suku Pakpak antara lain : 


1. Adintia,2

 Suma, 3. Anggara, 4. Budaha, 5. Beraspati, 6. Cikerra, 7. Belah naik, 8. Adintia naik, 9

 Suma sibah, 10. Anggara sepuluh, 11. Budaha mengadep, 12. Beraspati tangkep, 13. Cikerra purnama, 14. Belah Purnama Tula, 15. Suma Teppik, 16. Anggara Kolom, 17. Budaha Kolom, 18. Beraspati Kolom, 19. Cikerra duapuluh, 20. Bel lah Turun, 21. Adintia Anggara, 22. Sumani ma te, 23. Anggara Bulubana, 24. Budaha selpu, atau budaha mddem, 25. Beraspati Gok, 26. Samisara bulan ma te, 27. Dalan bulan kurung. 28. Budaha selpu = budaha meddem, 29. sedangkan cikerra = cukerra. 30. Samisara bulan ma te = Samisara ma te bulan.


Dari keseluruhan hari tersebut memiliki banyak arti secara tersendiri , biasanya dalam kebiasaan orang Pakpak hari tersebut akan dibagi lagi menjadi berapa bagian , Misalnya kalau ada yang ingin melakukan hajatan , pesta, membangun rumah, musim bercocok tanam , atau kegiatan baik lainnya . maka penanggalan akan dilihat kembali , dicocokkan dengan nama hari tersebut , dan hal ini juga sama dengan primbon pada Jawa atau di daerah Toba pada umumnya . Kepercayaan masyarakat adat Pakpak tetap menjaga warisan leluhur ini , dengan penuh harapan hajat yang akan dilaksanakan tidak mendapat halangan buruk . kendati demikian tidak sedikit pula yang sudah melanggarnya , seiring kemajuan teknologi. 


selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana masyarakat adat Pakpak menentukan masa waktu dalam kehidupan sehari harinya . 


Dalam ukuran waktu secara internasional dan nasional diketahui bahwa satu hari dan satu malam terdiri dari masing-masing 12 jam. Dengan demikian satu hari satu malam adalah 24 jam. Sedangkan pada masyarakat Pakpak dalam satu hari dikenal (5) ketika dan satu malam juga (5) ketika. Satu hari satu malam adalah (10) ketika dimana jarak antara satu ketika dengan ketika lain adalah masing-masing 2 jam 14 menit. Ketika tersebut dinamai sebagai berikut : 

1. Keke Matawari. Terbit matahari , 

2. Rungrung gelang-gelang, mungkin ini bisa disebut waktu pagi atau waktu duha . 

 3. Ceger Ari , matahari mulai panas  

4. Cibon = sore hari 

 5. Kandang Kerbo. Masa memasukkan kerbo ke kandang 

6. Tangkep Koden , merupakan habis jam masak dan Periuk sudah disimpan. 

 7. Sipeddem anak-anak , jam waktu anak anak tidur 

 8. Tengah berngin , atau biasa dibilang jam larut malam 

9. Takuak manuk sekali , kebiasaan ayam berkokok tengah malam 

10. Takuak menjejeri. Ayam berkokok dipagi hari 


Penyebutan ini cenderung diambil dari masa satu kegiatan atau peristiwa yang dilakukan sehari-hari, dan keadaan atau posisi mata hari. Pagi misalnya disebut keke matawari atau ketika matahari mulai bangkit dan terlihat, Kandang kerbo dimaksudkan masa untuk mengkandangkan kerbo, kemudian Tangkep koden dimaksudkan masa setelah selesai memasak nasi sehingga periuk sudah dicuci atau dibersihkan dan dibalikkan, atau sipeddem anak-anak dimana waktu ini dinamai sebagai masa anak-anak tidur. juga nama-nama lainya.


Demikian nama hari dan jam yang sering dilakukan masyarakat adat Pakpak yang terletak di Sumatera Utara dan Aceh . Semoga dengan mengetahui kebiasaan orang Pakpak kita lebih memahami Pakpak yang sebenarnya . Dan juga sebagai pembelajaran bagi generasi penerus suku Pakpak . Apa bila terdapat kesalahan , mohon diberi masukan dan saran dengan cara komen pada video ini . Dan jangan lupa jaga selalu kesehatan dan selamat menjalankan aktivitas, jangan lupa subscribe,like komen dan bagikan video ini . Kerna itu gratis agar lebih mendukung channel ini. 


Lias a te 

Njuah njuah banta Karina . 

Selasa, 21 Maret 2023

Peman Mbalu

 Peman Mbalu











15 Makna logo yang terkandung di Pakpak bharat

 


Pak pak Bharat berdiri sejak 28 Juli 2003 dan merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Dairi . pejabat sementara yang ditunjuk ialah Drs Tigor Solin . Berada di provinsi Sumatera Utara , Barat wilayah Utara berbatasan dengan kabupaten Dairi, timur berbatasan dengan kabupaten Samosir, selatan berbatasan dengan Tapanuli tengah dan Humbang Hasundutan dan barat berbatasan dengan Pemko Subulussalam dan Aceh Singkil . Pakpak Bharat terdiri dari 8 kecamatan dan 52 desa . 


Setiap negara , provinsi , kota madya dan kabupaten tentu memiliki ciri tersendiri yang tertuang didalam suatu logo . Unsur sketsa atau gambaran yang mewakili dari sebuah nama , baik nama perusahaan, lembaga atau Kelompok.  


Pada kesempatan ini kami tim histori Pakpak TV , memberi tahu kita semua arti logo yang sering kita lihat di kabupaten Pakpak Bharat yang menjadi simbol kabupaten Pakpak Bharat . Berikut pengulasannya : 

 

1. Bintang lima menggambarkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bahwa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang dianut sehingga walaupun berbeda agama dan kepercayaan namun tetap rukun dan damai serta saling hormat-menghormati.

Menggambarkan cita-cita dan harapan, bahwa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat mempunyai visi dan misi yang tinggi melalui pemanfaatan segala sumber daya yang dimiliki.

2. Daun Kemenyan 28 helai menggambarkan tanah Pakpak Bharat sebagai lahan yang subur dan kemenyan adalah salah satu komoditas andalan yang ditekuni sejak dari nenek moyang dan dikembangkan sampai saat ini sebagai sumber pendapatan masyarakat.

Daun kemenyan 28 helai, menggambarkan bahwa Kabupaten Pakpak Bharat diresmikan pada tanggal 28 dan juga sekaligus Pelantikan Bupati yang pertama di Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Motto (semboyan) Kabupaten Pakpak Bharat dalam Bahasa Pakpak disebut Bage ate rejeki bage tennah sodip mengandung makna bahwa masyarakat dalam setiap melakukan pekerjaan mempunyai keselarasan antara hati, jiwa, pikiran dengan perbuatan.

4. Bukit Barisan melambangkan keindahan panorama dan kekayaan yang terkandung di dalamnya serta menunjukkan bahwa wilayah geografi Kabupaten Pakpak Bharat berada di kaki bukit barisan (Delleng Sibarteng)

5. Segi lima di dalamnya rumah adat menggambarkan bahwa Suku Pakpak terdiri dari 5 Suak yaitu: Suak Simsim, Suak Keppas, Suak Pegagan, Suak Boang, dan Suak Kelasen yang di dalamnya ada Rumah Adat Pakpak sebagai tempat berlindung dan bermusyawarah.

Menggambarkan aktualisasi dari Sulang Silima (Perisang-isang, Perekur-ekur, Pertulan Tengah, Berru dan Kula-kula), yang merupakan sumber hukum adat budaya etnis Pakpak.

6. Rumah adat Pakpak sebagai tempat bermusyawarah (runggu) untuk merumuskan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pakpak.

7. Mejan menggambarkan bahwa suku Pakpak mempunyai kultur budaya yang tinggi dimana manusia mampu menunggangi Gajah yang berarti dekat dan menyatu dengan alam sekitar.

8. Rabi Munduk pisau ini biasanya digunakan perempuan Pakpak bila bepergian ke ladang dan digunakan sebagai alat untuk mengolah lahan dan juga berfungsi sebagai alat pelindung.

9. Melmellen di dalamnya bertuliskan Kabupaten Pakpak Bharat menggambarkan suatu bangunan dimana Melmellen berfungsi sebagai pondasi pertahanan agar tiang-tiang bangunan dapat menyatu dan berdiri kokoh, dan dapat juga diartikan dengan lahirnya Kabupaten Pakpak Bharat diharapkan dapat menyatu padukan segala potensi yang dimiliki untuk meraih kemakmuran dan keadilan.

10. Daun Gambir 7 helai menggambarkan bahwa tanaman gambir adalah produk spesifik unggulan dari Kabupaten Pakpak Bharat yang tidak dimiliki oleh daerah lain, dengan jumlah helai daun sebanyak 7 yang berarti bahwa Kabupaten Pakpak Bharat diresmikan pada Bulan 7 (Juli).

11. Bendera Pakpak yang tergambar dengan 3 warna (Merah, Putih dan Hitam) dan menunjukkan bahwa masyarakat Pakpak mempunyai keberanian membela kebenaran, kesucian dan kebersihan hati serta tidak mudah goyah dalam menghadapi tantangan.

12. Borgot sebuah rantai emas yang diartikan bahwa masyarakat Pakpak mempunyai jalinan tali yang kokoh dimana kekuatan yang satu adalah juga kekuatan bagi yang lain atau dengan arti lain “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.

13. Koden Loyang (periuk) berbentuk jantung menggambarkan semboyan filsafat etnis Pakpak yang berasal dari keturunan yang sama. Kumarnaken Makne Lot Koden Mbelgah Ngo Asa Kita Makne Sada Mpanganan, Kumarnaken Bages Makne Mbelgah Ngo Asa Kita Makne Sada Rumah, yang artinya: karena tidak ada lagi periuk yang besar maka kita tidak makan bersama, dan karena besarnya rumah yang terbatas maka kita berpisah tempat tinggal.

14. Lapihen berupa buku bertuliskan aksara Pakpak yang berisi berbagai aturan hukum dan norma-norma sebagai acuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat.

15. Rempu Riar pisau ini biasanya digunakan kaum lelaki Pakpak bila bepergian ketempat lain dan digunakan sebagai alat untuk mencari nafkah juga berfungsi sebagai alat pelindung.


Demikian paparan kami tentang logo kabupaten Pakpak Bharat, agar kita lebih tau dengan Pakpak dan menerapkan arti simbol Pakpak Bharat dalam kehidupan kita .